Pembedahan selama ini identik dengan risiko tinggi, luka operasi besar, masa pemulihan yang lama hingga menimbulkan efek trauma bagi si pasien. Pandangan itu mulai sirna seiring pemakaian metode bedah baru menggunakan robot. Dua pekan lalu, Rumah Sakit Bunda di Jakarta menerapkan pembedahan dengan teknik robot (robotic surgery). "Kami pertama kali yang menerapkan ini di Indonesia," kata Ivan R. Sini, dokter bedah robotic surgery Rumah Sakit Bunda.
Teknologi ini memiliki
kelebihan dibandingkan bedah konvensional yang mengandalkan tangan manusia.
Selama ini jangkauan tangan dokter punya keterbatasan dan sudut alat bantu
umumnya hanya dua arah. Akibatnya operasi kurang optimal sehingga memicu
perdarahan tinggi. "Dengan robotic surgery, luka sayatan lebih kecil,"
kata Ivan. Dia mencontohkan, pembedahan menggunakan robot untuk
mengoperasi penderita kanker prostat sangat membantu dokter.
Dengan operasi biasa,
prostat yang berada di daerah pelvis dan seukuran buah kenari sulit dijangkau
lantaran terselip letaknya. Selain itu dikelilingi syaraf-syaraf yang
mempengaruhi kendali kemih dan fungsi seksual sehingga pembedahan biasa
berisiko. Dengan robotic surgery, risiko itu bisa diminimalkan. "Dokter
lebih mudah memilah mana jaringan yang sehat dan sakit," ujar Ivan. Ia
bilang, RS Bunda tengah mempersiapkan operasi kanker prostat dengan metode
robotic surgery.
Adapun yang sudah
berhasil dilakukan yaitu melakukan operasi pembedahan kandungan, pengangkatan
rahim, serta pembebasan kista. "Prinsipnya, metode ini bisa dipakai untuk
penyakit ginjal, liver, sampai operasi jantung," katanya. Dokter
bedah biasanya mengalami kelelahan saat melakukan operasi yang rumit.
Ketelitian mata dan kekuatan lengan-lengan selama operasi terus menurun.
Apalagi di menit-menit akhir operasi. Otomatis, kesalahan sedikit saja akan
mendatangkan malapetaka bagi pasien.
Dengan robotic surgery,
risiko itu bisa dihindari. "Artikulasi robot juga sama persis dengan
jari," imbuh Ivan. Meski begitu, dokter tetap berperan penting dalam
proses pembedahan. Robot tidak bisa bergerak sendiri alias dikontrol dokter.
Nilai plusnya, dengan teknologi tiga dimensi, dokter mendapatkan visualisasi
langsung layaknya melakukan operasi biasa. Jika tangan dokter sedikit gemetar
karena lelah, komputer sudah diprogram untuk mengabaikan getarannya. Dus,
lengan robot tetap diam dan tidak melukai jaringan tubuh si pasien.
0 comments:
Post a Comment